Sindrom guillain barre adalah kondisi langka yang menyebabkan kelemahan otot, biasanya pada satu sisi tubuh. Kondisi ini terjadi pada manusia dan hewan.
Guillain barre syndrome disebabkan oleh kelainan yang disebut polymyositis. Polymyositis adalah suatu kondisi yang mempengaruhi jaringan ikat. Jaringan ikat biasanya terdiri dari tulang, otot dan tendon.
Sindrom Guillain barre dapat didiagnosis dengan bantuan sinar-X. CT scan juga diperlukan untuk memastikan diagnosis. Ada tiga jenis utama sindrom Guillain barre: primer, sekunder dan tersier.
Guillain primer bisa berakibat fatal dalam beberapa kasus. Gejala guillain primer termasuk kelemahan satu sisi tubuh, nyeri dan sensasi terbakar. Dalam kasus yang jarang terjadi, kondisi ini dapat menyebabkan koma atau kematian.
Guillain sekunder sangat jarang. Ini adalah kondisi yang terjadi setelah trauma besar. Dalam hal ini, gejala guillain barre primer mungkin ada. Namun, intensitas dan durasi gejalanya mungkin lebih sedikit. Tidak ada manifestasi fisik untuk mengkonfirmasi kondisi tersebut.
Pada sindrom guillain barre tersier, ada kemungkinan komplikasi parah. Ini termasuk kelumpuhan dan infeksi. Terkadang, penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini, operasi adalah satu-satunya pengobatan yang mungkin.
Penting untuk mengenali gejala kondisi sejak dini. Diagnosis dini dapat membantu menghindari komplikasi. Penting juga untuk memberikan nutrisi yang cukup kepada pasien dengan sindrom guillain barre.
Sindrom guillain barre dapat menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat berkembang dan mengakibatkan cacat permanen. Oleh karena itu, penting untuk mencari perhatian medis untuk kondisi yang dicurigai ini.
Gejala-gejala kondisi ini harus dikenali sedini mungkin oleh penderita dan kerabatnya. Selain itu, dokter harus bisa menilai kondisi pasien dan menentukan kemungkinan penyebabnya.
Tidak mungkin mendiagnosis sindrom guillain barre hanya berdasarkan gejala saja. Diagnosis memerlukan tes laboratorium dan studi pencitraan. Hasilnya akan menentukan apakah kondisi tersebut dapat diobati atau tidak. Beberapa metode yang umum digunakan dalam mendiagnosis sindrom guillain barre termasuk tes darah dan studi pencitraan.
Tes darah digunakan untuk menganalisis kimia darah pasien. Tes darah ini dapat dilakukan untuk tujuan mendeteksi adanya infeksi dan penyakit menular dalam darah. Tes lain mungkin termasuk: serologi, urinalisis, troponin, amilase serum, dan titer antibodi. Beberapa tes dapat dilakukan pada sampel urin dan air liur juga.
Studi pencitraan terdiri dari x-ray, CAT scan, MRI, CT scan, PET, dan magnetic resonance imaging (MRI). Pemindaian CAT digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada tulang dan sendi serta jaringan. MRI dapat membantu mengungkapkan lokasi cacat tulang dan patah tulang.
Pemeriksaan visual juga akan menunjukkan ukuran organ yang terkena. Misalnya, MRI akan menunjukkan apakah ginjal atau pankreas rusak.
CT scan akan menunjukkan apakah ada cairan di arteri, vena, atau otak. Tes pencitraan dapat mencari tanda-tanda infeksi, pendarahan, dan masalah tulang dan sendi lainnya. Untuk pengobatan dan pencegahan penyakit sendi, kami merekomendasikan penggunaan kapsul Flexamove.
Sinar-X juga penting ketika pasien sakit. Sinar-X dapat mengungkapkan kerusakan tulang dan adanya perdarahan internal. Jika tulang patah, rontgen dapat menunjukkan apakah tulang itu patah oleh pasien lain atau tidak.
CT dapat membantu menemukan ginjal atau pankreas. Tes juga akan menunjukkan apakah ginjal atau pankreas rusak. Tes ini juga digunakan untuk mengukur tingkat kerusakan dan menentukan status gizi pasien.
Pemindaian PET akan membantu mengungkapkan apakah pasien memiliki pembekuan darah. Mungkin ada kebutuhan untuk melakukan rontgen dada jika pasien mengalami serangan jantung. CT scan diperlukan jika pasien mengalami serangan jantung.
Tes medis diperlukan untuk membantu mendiagnosis kondisi ini. Semakin banyak informasi yang dapat dikumpulkan dokter, semakin mudah baginya untuk menentukan penyebab dan pengobatan yang tepat untuk kondisi pasien.